Heboh Tarif Hotel Syariah Pekalongan, Tamu Diusir karena Selisih Harga Pemesanan Online Ani Diyah, 15/08/202510/09/2025 Heboh Tarif Hotel Syariah Pekalongan, Tamu Diusir karena Selisih Harga Pemesanan Online hargasemen.com – Sebuah rekaman perdebatan antara tamu hotel dan staf resepsionis di Pekalongan menjadi viral di TikTok. Video itu memperlihatkan tamu kecewa lantaran diminta membayar tambahan biaya saat hendak menginap. Peristiwa terjadi pada Rabu malam, 13 Agustus 2025, dan diunggah oleh akun @ramasahid. Unggahan tersebut kemudian ramai dibagikan hingga menuai komentar netizen. Pemilik akun, Muhammad Sahid Ramadhan, mengaku telah melakukan pemesanan lewat aplikasi dengan harga bersih. Menurutnya, tidak ada informasi tentang biaya tambahan saat proses check-in. Ia menolak membayar selisih tarif dan merasa diperlakukan tidak adil. Karena tidak mencapai kesepakatan, pihak hotel akhirnya meminta dirinya meninggalkan kamar yang sudah dipesan. Ramadhan pun memutuskan mencari hotel lain malam itu juga. Penjelasan Hotel soal Selisih Tarif Manajemen hotel syariah memberikan keterangan bahwa mereka memberlakukan tarif minimum Rp150 ribu per kamar. Jika ada pesanan melalui aplikasi yang nilainya di bawah tarif tersebut, maka tamu wajib menambah kekurangannya. Pada kasus Ramadhan, tarif aplikasi tercatat Rp130 ribuan, sehingga ada kekurangan sekitar Rp10 ribu. Menurut Ariyesti, perwakilan manajemen, promosi dari aplikasi bukan kendali hotel. Saat Ramadhan menolak membayar, staf tetap menyerahkan kunci kamar demi menjaga situasi. Namun secara sistem, tamu tersebut belum terdata melakukan check-in resmi. Kondisi itu kemudian menimbulkan persoalan baru, karena pencatatan administrasi hotel tidak sesuai dengan aturan standar. Pihak hotel juga menegaskan tidak bisa mengembalikan dana tunai karena pembayaran dilakukan melalui aplikasi. Mereka menyatakan sudah mencoba menjelaskan mekanisme tersebut kepada tamu. Selain itu, hotel meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi dan berjanji memperbaiki komunikasi dengan tamu. Sikap PHRI Pekalongan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Pekalongan, Trias Wahyu Arditya, mengaku sudah turun tangan. Ia menyebut akar masalah muncul karena ada promosi dari aplikasi yang menyebabkan harga kamar turun di bawah tarif hotel. Tamu merasa sudah membayar penuh, sementara hotel tetap meminta tambahan biaya sesuai kebijakan internal. Trias menilai hal ini menjadi pelajaran penting. Ia menekankan perlunya transparansi dan komunikasi dua arah antara hotel, aplikasi penyedia layanan, serta konsumen. Menurutnya, semua pihak harus menyamakan persepsi agar insiden serupa tidak kembali muncul. PHRI juga mengimbau hotel anggota untuk mengkomunikasikan tarif minimum secara jelas kepada pelanggan. Sedangkan konsumen diingatkan untuk membaca syarat dan ketentuan aplikasi sebelum memesan. Implikasi bagi Industri Perhotelan Kasus pengusiran tamu di hotel syariah Pekalongan menyoroti celah komunikasi antara pihak hotel dan penyedia aplikasi. Selisih harga yang relatif kecil dapat menimbulkan konflik besar ketika tidak ada kesepakatan yang jelas. Di era digital, transparansi harga menjadi sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik. Bagi konsumen, pengalaman ini bisa menjadi peringatan agar lebih cermat memahami detail pemesanan. Sementara bagi pengelola hotel, kejadian ini mendorong evaluasi prosedur check-in, khususnya dalam menghadapi perbedaan harga akibat promo aplikasi. Dengan adanya klarifikasi dari manajemen dan mediasi PHRI, diharapkan kasus ini segera terselesaikan. Lebih jauh, industri perhotelan di Pekalongan dapat mengambil pelajaran berharga untuk meningkatkan pelayanan dan menghindari miskomunikasi serupa di masa depan. Outdoors keluhan pelanggan hotelPHRI Pekalonganpromo aplikasi hotelprosedur check-in hotelselisih harga pemesanan onlinetamu diusir hoteltarif hotel syariah Pekalongantransparansi tarif hotel