Krisis Logistik Picu Lonjakan Harga Semen di Timur Indonesia Ani Diyah, 07/08/202510/09/2025 Krisis Logistik Picu Lonjakan Harga Semen di Timur Indonesia hargasemen.com – Gangguan logistik di wilayah timur Indonesia terus memperparah distribusi semen nasional. Keterbatasan armada kapal, buruknya infrastruktur pelabuhan, serta tidak meratanya jalur distribusi menyebabkan harga semen di Papua, Maluku, dan NTT melonjak tajam. Situasi ini menekan percepatan pembangunan dan memperlebar kesenjangan infrastruktur antarwilayah. Keterbatasan Kapal dan Jalur Distribusi Jadi Kendala Utama Distribusi semen ke kawasan timur sangat bergantung pada transportasi laut. Namun, jumlah kapal barang yang melayani rute ke Papua dan Maluku masih sangat terbatas. Data dari INSA (Indonesian National Shipowners Association) mencatat hanya sekitar 8% dari total armada nasional yang aktif menjangkau wilayah tersebut. Kondisi itu memicu kelangkaan pengangkutan, terutama pada musim gelombang tinggi antara Mei hingga Agustus. Banyak kapal memilih tidak beroperasi karena risiko operasional dan biaya yang tinggi. Akibatnya, pengiriman semen dari pabrikan di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, atau Kalimantan Timur menjadi tidak konsisten. Kementerian Perhubungan mengakui bahwa biaya logistik dari Surabaya ke Timika bisa mencapai tiga kali lipat dibanding ke Sumatra. Situasi ini menyebabkan ongkos distribusi menyumbang lebih dari 40% terhadap harga jual semen di Papua. Infrastruktur Pelabuhan Minim, Biaya Bongkar Naik Banyak pelabuhan di timur Indonesia belum mampu menangani bongkar muat barang berat secara efisien. Pelabuhan Saumlaki, Pelabuhan Moa, dan beberapa titik di NTT masih menggunakan peralatan manual dan sistem antrian yang tidak terstandarisasi. Hal ini menyebabkan waktu tunggu kapal (waiting time) membengkak hingga 2–4 hari. Operator logistik kemudian membebankan biaya idle kepada harga barang, termasuk semen. Selain itu, tidak semua pelabuhan memiliki gudang penyimpanan yang memadai. Keterbatasan fasilitas ini memaksa pengiriman dilakukan secara parsial dan tidak efisien. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat rata-rata biaya bongkar muat di pelabuhan-pelabuhan timur bisa mencapai Rp180.000 per ton. Jumlah itu dua kali lipat lebih mahal dibandingkan biaya di pelabuhan utama seperti Tanjung Perak atau Tanjung Priok. Harga Semen Kantong di Papua Sentuh Rp125.000 per Sak Lonjakan harga paling drastis terjadi di Papua bagian tengah dan selatan. Di wilayah seperti Yahukimo, Pegunungan Bintang, dan Puncak Jaya, harga semen kantong 50 kg menyentuh Rp120.000 hingga Rp125.000. Padahal harga di wilayah Jawa hanya berkisar Rp65.000–Rp75.000. Pemerintah daerah setempat menyebut harga tinggi ini sebagai ancaman langsung bagi pembangunan rumah rakyat, sekolah, dan fasilitas dasar lainnya. Bahkan proyek infrastruktur yang dibiayai dana otonomi khusus pun mengalami penundaan karena biaya material yang tak terkendali. Sementara di Maluku Tenggara dan NTT, harga semen juga menembus Rp100.000 per sak. Kondisi ini mendorong pelaku konstruksi swasta melakukan penyesuaian volume atau menunda proyek yang sudah direncanakan. Strategi Logistik Nasional Perlu Diperkuat Pemerintah sebenarnya telah meluncurkan program tol laut sejak 2015 untuk menekan disparitas harga barang di timur Indonesia. Namun, distribusi semen belum optimal masuk dalam rute reguler tol laut karena keterbatasan kontainer tertutup dan kebutuhan logistik khusus. Direktur Utama Pelni menyatakan pihaknya siap menambah armada kargo ke wilayah timur jika ada dukungan kebijakan dari Kementerian BUMN dan Kementerian Perdagangan. Beberapa perusahaan logistik swasta juga mendorong penerapan subsidi ongkos angkut untuk barang konstruksi, termasuk semen. Pengamat logistik dari ITS, Dr. Henry Suwandi, menekankan perlunya pendekatan holistik. Pemerintah harus membangun pelabuhan pendukung di daerah terpencil, memperluas depot semen curah, serta memberi insentif pengiriman reguler bagi operator kapal. Tanpa intervensi logistik yang terstruktur, disparitas harga akan terus melebar. Proyek pembangunan nasional di wilayah timur akan terus tertinggal akibat beban biaya yang tidak seimbang. Penutup: Pemerataan Akses Bangunan Butuh Terobosan Nyata Distribusi semen bukan hanya persoalan industri, tapi bagian dari keadilan pembangunan nasional. Ketimpangan infrastruktur logistik secara langsung menghambat pembangunan perumahan, jalan, dan fasilitas publik di wilayah timur. Pemerintah perlu mengambil langkah konkret. Subsidi ongkos logistik, penambahan kapal reguler, serta investasi pelabuhan strategis harus menjadi prioritas. Dengan pendekatan logistik yang lebih adil, harga semen bisa lebih terjangkau, dan pembangunan bisa bergerak lebih cepat di seluruh pelosok negeri. Pasar Biaya bongkar muat semenDistribusi semen di Papua dan MalukuHarga semen melonjak di NTTHarga semen Papua 2025Infrastruktur pelabuhan timur IndonesiaKesenjangan harga bahan bangunanKrisis logistik semen Indonesia timurTol laut dan distribusi semen